GARUT TIMES, JAKARTA – Hubungan Indonesia dan Jepang kembali diperkuat melalui gelaran Indonesia–Japan Executive Dialogue 2025, sebuah forum tingkat tinggi yang mempertemukan pemimpin sektor publik dan swasta dari kedua negara.

Acara pada 7 Agustus ini dipimpin oleh Rachmat Gobel selaku Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia–Jepang (PPIJ), dan menghadirkan lebih dari 55 pimpinan perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia.

Selama hampir 70 tahun, Jepang telah menjadi salah satu mitra investasi utama bagi Indonesia. Antara 2010 hingga 2024, Jepang tercatat sebagai investor asing terbesar kedua, dengan rata-rata pertumbuhan investasi lebih dari 20 persen.

Komitmen jangka panjang Jepang mencakup sektor industri, infrastruktur, teknologi, dan manufaktur, serta diperkuat melalui hubungan diplomatik dan kerja sama multilateral yang kokoh.

Kunjungan Perdana Menteri Jepang secara berkelanjutan ke Indonesia, termasuk Shigeru Ishiba pada awal 2025, menegaskan kedekatan strategis kedua negara. Dalam pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Bogor, mereka membahas kolaborasi dalam bidang pertahanan, energi hijau, pertanian, hingga pengembangan SDM.

Dari sisi Indonesia, diplomasi ekonomi juga terus aktif. Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani, yang juga CEO Danantara Indonesia, berkunjung ke Jepang pada Juli 2025 untuk mendorong kepercayaan investor dan membuka peluang kerja sama baru, khususnya di sektor manufaktur, energi terbarukan, dan infrastruktur.

Dalam Survei Tahunan JBIC 2024 yang dirilis Juli lalu, Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara paling potensial bagi ekspansi bisnis Jepang dalam tiga tahun mendatang.

Faktor pendukungnya antara lain: jumlah penduduk hampir 280 juta jiwa, kedekatan geografis, pertumbuhan ekonomi stabil, peluang transisi energi, hingga bonus demografi hingga 2045. Namun, realisasi investasi Jepang ke Indonesia tahun 2024 menurun menjadi USD 3,46 miliar—turun 24,8% dibanding tahun sebelumnya.

Penurunan ini justru menjadi momentum untuk menyusun ulang arah kemitraan secara lebih strategis.

Forum Strategis untuk Masa Depan

Diselenggarakan pada 6 Agustus 2025, Indonesia–Japan Executive Dialogue 2025 menjadi panggung penting untuk menyelaraskan visi pembangunan, memperkuat kerja sama lintas sektor, serta mempromosikan masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.

Didukung oleh Gobel Group dan Toyota Indonesia, forum ini memperkuat kredibilitas dialog bilateral antara dunia usaha dan pemerintahan.

Gobel Group sendiri merupakan simbol historis hubungan ekonomi Indonesia–Jepang. Dimulai dari kemitraan dengan Matsushita Electric (sekarang Panasonic) sejak 1956, Gobel Group telah menjadi pionir dalam kolaborasi teknologi dan manufaktur.

Kini, grup ini juga mengembangkan sektor gaya hidup modern, seperti gerai kue Jepang Chateraise dan proyek Opus Park Superblok di Sentul bersama Sumitomo Corporation dan Hankyu Hanshin Properties Corp.

"Hubungan Indonesia–Jepang bukan hanya tentang masa lalu, tetapi fondasi untuk membangun masa depan bersama," ujar Rachmat Gobel. "Melalui forum ini, kami ingin mendorong kemitraan yang lebih relevan di era transisi industri, energi, dan digital."

Forum ini turut dihadiri tokoh-tokoh penting, seperti Rosan Perkasa Roeslani, ekonom senior Muhammad Chatib Basri, serta Duta Besar Jepang untuk Indonesia, H.E. Masaki Yasushi. Kehadiran mereka mempertegas pentingnya dialog ini dalam merancang agenda strategis ke depan.

Menurut Rosan Roeslani, “Inisiatif seperti ini sangat relevan untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Kemitraan berkualitas tinggi akan menjadi penggerak utama hilirisasi industri dan penguatan rantai pasok nasional."

Model Kolaborasi Baru: KPBU dan Proyek Strategis

Selain mempromosikan investasi, forum ini juga mendorong kolaborasi konkret melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Sejumlah proyek besar telah melibatkan mitra Jepang, seperti:

• Indonesia International Automotive Proving Ground (IIAPG) di Bekasi, proyek uji kendaraan berstandar internasional yang didukung JBIC dan MUFG.

• Pelabuhan Patimban di Subang, hasil kerja sama antara Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) sebagai pusat logistik ekspor-impor nasional.

• Anggrek Gorontalo International Terminal (AGIT), proyek pelabuhan strategis di Gorontalo yang dikelola Gobel Group, dengan potensi besar untuk kolaborasi teknologi dan investasi dari Jepang di masa depan.

Proyek-proyek ini menunjukkan bagaimana kemitraan bilateral dapat mempercepat pembangunan infrastruktur dan memperkuat daya saing industri nasional, sambil menjaga efisiensi fiskal negara.

Indonesia–Japan Executive Dialogue 2025 bukan hanya forum diskusi, tetapi penanda komitmen jangka panjang kedua negara dalam membangun ekonomi berkelanjutan dan menjalin hubungan antarmasyarakat yang lebih erat.

Tentang PPIJ

Perhimpunan Persahabatan Indonesia–Jepang (PPIJ) berdiri sejak 1958 dan telah menjadi jembatan penguatan hubungan budaya, sosial, ekonomi, dan teknologi antara masyarakat kedua negara. Mengusung semangat Benang Merah atau Akai Ito—simbol ikatan emosional dan persaudaraan antarbangsa—PPIJ aktif menggelar berbagai kegiatan seperti seminar, simposium, dan pameran budaya.

Dalam menjalankan peran diplomatiknya dari hati ke hati (heart to heart diplomacy), PPIJ menjunjung tinggi prinsip Doktrin Fukuda, yang menekankan hubungan setara dan saling percaya antara Jepang dan negara-negara Asia Tenggara. Saat ini, organisasi ini dipimpin oleh Ketua Umum Rachmat Gobel dengan Ginanjar Kartasasmita sebagai Ketua Dewan Penasehat. (*)